Rabu, 02 November 2022
Opini: Sumardin Karokaro
Setiap negara selalu hadir tokoh-tokoh pemuda yang yang begitu getol melawan walau dengan jalan yang berbeda di beberapa belahan dunia.
Sebut saja pemuda revolusioner Mesir, Mahmoud Salem, melalui akun blog pribadi miliknya dia berteriak lantang melalu media sosial.
Demonstrasi pro perubahan menggema di kanal-kanal sosial media, aksi massa memenuhi jalanan kota Mesir pada tanggal 6 April
Aksi demonstran yang di dukung netizen Mesir melalui akun Facebook dan Twitter akhirnya berhasil menggulingkan kekuatan tirani Husni Mubarak.
Peristiwa revolusi itu di kenal dengan "Arab Spring" gerakan rakyat melawan rezim korup di Negara-negara Timur Tengah selain Mesir terjadi juga di Tunisia, dan Libya.
Selain Mahmoud Salem, ada pula pemuda berusia 22 tahun yang melempar butiran mesiu berupa seruan perlawanan di dunia Maya yang memicu ledakan emosi para demonstran Mesir.
Ramy El Swissy, menyerukan perlawanan dari sudut kamarnya bersama laptop dan sinyal internet, melalau Facebook dan Twitternya hujaman kata-kata berhasil menghipnotis jagad Maya
Kesewenang-wenangan penguasa memang takkan pernah mati, terkecuali wujud dan rohnya harus di dihabisi.
Perlawanan harus bergema disegala lini, jika masa aksi telah turun ke jalan melayangkan nota proses kebijakan pemerintah yang menggigit leher rakyat,
Sebagai aktivis zaman now media sosial harus berperan di jalan yang berbeda dengan tujuan yang sama, di zaman internet saat ini kita perlu mencontoh gerakan yang di bangun oleh Mahmoud Salem dan Ramy El Swissy.
Protes demonstrasi tidak cukup dengan turun kejalan membawa poster-poster perlawanan, berteriak menggunakan "megafone" memblokade jalan hingga berujung kemacetan yang memicu emosi para sopir-sopir angkot yang mengais selembar rezeki di jalan
Di dunia digital saat ini ruang terbuka lebar yang memiliki jutaan pengguna dengan sekali "klik" maka seruan itu akan menyasar kesemua layar beranda yang melampaui suara toa dan megafone.
Revolusi harus benar-benar harus diubah dan berbagi peran, protes di dunia nyata harus berbanding lurus dengan revolusi di dunia maya.
Internet adalah dewa baru di abad 21 ini, sebagai tempat mengabulkan keingina.
Kita perlu merubah arah gerakan kita, menjadikan internet sebagai jalan pedang untuk menebas tirani kekuasaan.
Agar internet bisa menjadi media revolusi baru di kalangan millenial, dengan melahirkan akun-akun baru sebagai ladang protes kepada pemerintah.
Menjadi seorang aktivis media sosial memang terdengar cupu dan lugu, namun revolusi Mesir tidak akan bisa ditumbangkan tanpamenggunakan internet
RZ-082335832175