Oleh *Ayik Heriansyah*
PBNU menyelenggarakan event Religion 20 (R20) di tengah kecemasan masyarakat dunia menghadapi krisis multi dimensi global dengan kemungkinan terburuk terjadi perang nuklir antara NATO vs Rusia. Perang konvensional Rusia vs Ukraina menyebabkan krisis energi, ekonomi, dan politik di Eropa, apalagi seandainya perang nuklir terjadi.
Masyarakat dunia cemas jaringan internet dapat mati karena perang. Satelit dan kabel-kabel optik bawah laut objek vital rentan mendapat serangan. Akankah hidup kita kembali ke zaman tanpa internet?
Sedangkan sebagian sektor kehidupan terlanjur digitalisasi. Kalau tidak ada sinyal internet, semua data dan file jadi lenyap. Hidup tanpa internet bagaimana rasanya. Ya, sepi. Semua pekerjaan dilakukan secara manual.
Kemajuan sains dan teknologi yang tidak diiringi kemajuan spiritualitas manusia telah menjadi kekhawatiran para filosof dan ulama sejak lama, karena sains dan teknologi tergantung orang yang menggunakannya. Celakanya, sains dan teknologi Barat lahir dalam suasana sekuler. Sekularisme yang menjadi ruh dari sains dan teknologi hingga dewasa ini.
Dunia yang sekuler tampak angker. Dunia yang memisahkan Tuhan dan agama dari kehidupan. Keberadaan Tuhan dan agama dibatasi di dalam rumah-rumah ibadah membuat Tuhan dan agama menjadi tidak sakral. Tidak Tuhan dan agama dalam kehidupan manusia di luar rumah ibadah.
Sekularisasi dan desakralisasi sains dan teknologi inilah yang menjadi biang krisis dunia sekarang menurut Sayyid Hossein Nasr dan Syed M. Naquib al-Attas. Dua orang filosof muslim kontemporer yang masih hidup. Keduanya sepakat bahwa spiritualitas (tasawuf) jadi jalan satu-satunya untuk menyelesaikan problem umat manusia masa kini.
Tepat dan akurat kiranya visi dari R20 yang diinisiasi oleh PBNU yang menjadikan spiritualitas dan nilai-nilai universal sebagai solusi krisis multi dimensi dunia. Spiritualitaslah yang dapat menyatukan semangat dari agama-agama. Dan agama-agamalah yang dapat membangun spiritualitas umatnya melalui ritual dan ajaran tentang moral.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Gus Yahya Staquf; "bagaimana para pemuka agama dapat mengembangkan visi tentang agama yang dapat menjadi sumber solusi atas berbagai permasalahan global. Adapun upaya yang akan ditempuh yakni dengan menanamkan nilai-nilai luhur dan spiritual agama ke dalam dinamika politik dan ekonomi internasional". (nuonline).
Dalam khazanah islam, spiritualitas disebut dengan tasawuf. Tujuan seseorang mempelajari tasawuf tidak muluk-muluk yaitu ingin menjadi orang baik. Untuk menjadi orang baik butuh latihan (riyadlah), perjuangan melawan hawa nafsu dalam merealisasikan kebaikan-kebaikan (mujahadah) dan bimbingan serta doa dari guru mursyid.
Semoga wajah dunia yang sekuler dan angker akan berubah menjadi damai dan menyejukkan apabila sains dan teknologi dikuasai oleh orang-orang baik hasil tempaan dari para wali mursyid. Aamiin.
RZ-082335832175