Jakarta, Pertemuan Cak Ofi selaku Ketua Umum Barisan Ksatria Nusantara (BKN) dengan Deni Sanusi BA Ketua Harian PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), memiliki pandangan sama terhadap Aguan. Bahwa pemilik Agung Sedayu dan kawasan PIK (Pantai Indah Kapuk) ini adalah sosok dermawan dan memiliki pribadi mulia pada masyarakat Islam meski dirinya non muslim.
Diakui Cak Ofi dan Deni Sanusi, banyak hal yang dikagumi pada sosok Aguan. Terlebih banyak bukti dan saksi pada kemuliaan dan kedermawanan pemilik PIK dan Agung Sedayu ini.
Ditegaskan Cak Ofi saat ditemui di kawasan PIK minggu siang (5/1/24), bahwa Aguan memiliki andil besar terhadap keberagaman agama, terutama di lokasi PIK. Salah satunya, di kawasan PIK 2 zona A yang akan dibangun mesjid terbesar diatas tanah seluas 4,2 hektar. Sementara tempat peribadatan umat beragama non muslim tidak begitu luas.
Bahkan bukan sekedar pembangunan mesjid saja. Aguan juga memberi ruang ibadah di 17 lokasi yang tersebar di kawasan PIK, sehingga umat Islam yang bekerja di berbagai sektor pekerjaan, tetap dapat beribadah dimana saja.
Hai ini dibuktikan Cak Ofi saat membawa 9 Kyai mengunjungi PIK. Sekaligus mencari informasi kebenaran terhadap isu negatif tentang PIK dan PSN (Proyek Strategies Nasional).
"Jadi isu dan hoaks jelas terbantahkan, setelah kita langsung tinjau PIK dan PSN dengan para Kyai. Dengan gamblang pihak PIK telah menjelaskan dengan data, sehingga para Kyai kini makin jelas, bahwa apa yang disampaikan dengan isu negatif tentang PIK dan PSN tidak terbukti," papar Cak Ofi.
Diakui Cak Ofi, dirinya pada awalnya juga berpandangan sama, namun setelah menyelusuri dan mencari informasi, justru menjadikannya perlu memberi pencerahan pada kekeliruan dan anggapan negatif masyarakat, yang diduga terhasut oleh provokator tentang PIK dan PSN.
"Saya tidak habis pikir pada kemuliaan pribadi pak Aguan, namun ditanggapi jelek. Buat saya akan bersama kebenaran, meski beliau non muslim," tegas Cak Ofi.
Selain itu, Cak Ofi juga mengaku tidak habis pikir tentang isu mesjid yang ada di PIK ditiadakan demi kepentingan proyek PIK. Justru sebaliknya, salah satu Gedung berlantai 12 diberikan nama Menara Syariah dan di lantai 8 ada mesjid besar dengan konsep design modern dan mewah.
"Saya justru baru tahu dari Kyai Aqil Siroj, kalau Pak Aguan membangun universitas untuk NU di Parung senilai 33 milyar tanpa ada kepentingan. Artinya beliau tidak pamer dengan kedermawanannya," ujar Cak Ofi.
Sehingga dianggap Cak Ofi, nilai kemuliaan Aguan bisa terlihat dari sikapnya saat memberi, yakni Aguan selalu menundukkan wajah dan badannya saat memberi pada siapapun.
Kebanggaan Cak Ofi pada Aguan, turut dibenarkan Deni Sanusi. Meski tidak kenal dekat dengan Aguan, namun dirinya banyak tahu tentang Aguan.
"Pak Aguan juga membangun pesantren dari TK sampai universitas di Parung. Meski non muslim, namun sesuai ajaran Budha Suci, pak Aguan tinggi nilai kemanusiaannya dan sangat dermawan namun terarah," jelas Deni Sanusi.
Hal itu disaksikan Deni Sanusi, pada peran aktif Aguan saat Covid. Berbagai bantuan dilakukan Aguan tanpa batas waktu.
"Saya melihat pak Aguan tinggi nilai kemanusiaannya. Bagi beliau, sesuai ajaran Budha Suci, terpenting menolong itu bisa lintas agama," ungkap Deni Sanusi.
Dengan prinsip sisi kemuliaan yang menjadi cIri khas Aguan, tidak mungkin kawasan PIK dan PSN dilakukan dengan cara salah atau tidak baik.
"Sangat tidak mungkin di jaman seperti ini, Pak Aguan menjalankan bisnisnya tidak baik. Istilahnya kalau dulu Ganti Rugi, sekarang Ganti untung," jelas ketua Harian PITI Persatuan Islam Tionghoa Indonesia Deni Sanusi.(PR)